PROSESMENENUN SONGKET ALAT DAN BAHAN Benang dan pewarna ialah bahannya. Alatnya pula terdiri daripada kek tenunan, kek mengarat, rahak, peleting buluh (bobbin), lidi daun kelapa, papan gulung, anak kayu, dua belira, sikat dan jentera, jarum culik, batang anak kayu, kayu karat, benang losen, lidi nibung atau buluh, benang batang bunga songket, darwin pakan, darwin benang emas, cuban, torak
Proses pembuatan kain songket Palembang harus melalui tiga tahap, yaitu pertama, mempersiapkan kompenen dari peralatan tenun ATBM gedokan. Kedua, pengolahan material bahan benang, dan ketiga, proses menenun benang pakan dan lungsi hingga menjadi sehelai kain songket. a. Komponen Peralatan ATBM Gedokan. Dari perkembangan alat tenun yang ada di masa sekarang semua asas teknologi berasal dari alat tenun gedokan. Sebagai cikal bakal alat tenun ini memang sangat sesuai dengan kebutuhan di masa lampau dimana membuat tenun bukanlah pekerjaan dalam arti ekonomi saja melainkan juga berhubungan dengan cita rasa dan sakral. Jadi alat ini sederhana bentuknya, lamban produksinya tetapi sangat intensif dalam menghasilkan karya. Dalam perkembangan alat tenun gedokan tersebut disebut ATBM. ATBM ini masih tetap menggunakan tenaga manusia tetapi ditambah dengan prinsip-prinsip mekanik pengungkit, maka alat ini lebih maju dan lebih cepat dalam menghasilkan tenunan. ATBM ini kebanyakan digunakan untuk menenun kain Gebeng maupun kain songket. Alat tenun terdiri dari beberapa bagian yang saling berhubungan. Artinya bila satu saja bagian dari gedokan tersebut hilang maka gedokan tersebut tidak akan berfungsi sebagai alat tenun. Adapun nama-nama bagian dari alat tenun gedokan adalah sebagai berikut 1. Cacak, Merupakan tumpuan untuk meletakkan dayan, terdiri dari dua buah tiang ada yang berukir dan ada yang polos. 2. Dayan, Berupa sekeping papan tempat menggulung benang lungsi. 3. Apit, 4. Lempaut/Por, Penahan yang diletakkan di punggung penenun berfungsi untuk menahan benang lungsi. Bila alat ini terlepas maka benang pakan yang telah disusun menjadi kendur. Di bagian kanan dan kiri lempaut/por diletakkan seutas tali yang dihubungkan dengan apit. 5. Tumpuan, Merupakan penahan kaki penenun. 6. Beliro, Berfungsi sebagai penekan supaya benang pakan menjadi rapat, bentuknya berupa kayu pipih dengan panjang kurang lebih 1 meter. 7. Suri, Untuk menyisir benang pakan supaya benang pakan menjadi rapat sehingga hasil tenunan juga rapat. 8. Gulungan, 9. Cucuk karap/Nyincing, Berfungsi untuk membuka benang agar benang lungsi tetap kencang dan teratur letaknya. 10. Pelipiran, Berfungsi untuk membantu membuat motif dengan cara membuka benang lungsi sebelum dimasuki benang pakan. 11. Lidi/Gun, Berfungsi untuk membuat motif kain tenun. Semakin banyak motif kain tenun semakin banyak lidi yang diperlukan. Alat tenun ATBM Gedokan Gambar Alat tenun bukan mesin atau ATBM Gedokan. sumber, dok 2007 b. Pengolahan Material Benang Sebelum proses menenun dimulai sebelumnya benang lebih dahulu diolah. Bahan baku yang digunakan untuk tenun ikat, adapun proses pengolahan benang adalah sebagai berikut 1. Mencelup benang. Masukan air panas ke dalam baskom sebanyak yang diperlukan. Selanjutnya masukkan bahan pewarna aduk sampai larut setelah bahan larut masukan benang. Obat pewarna yang digunakan adalah naftol atau basis atau jenis lain seperti costik, BS, BO. Untuk menggunakan obat pewarna ini diperlukan keahlian khusus serta pengalaman. Komposisi obat pewarna sangat menentukan warna benang. Untuk mendapatkan warna gelap misalnya, diperlukan obat pewarna BO lebih banyak dari lainnya sedangkan untuk mendapatkan warna terang BO tidak diperlukan. Untuk mendapat warna cerah diperlukan obat pewarna lain lagi sedangkan untuk memunculkan warna perlu ditambahkan lagi obat merah B. 2. Menjemur benang Setelah benang dicelup kemudian diangkat dan dijemur sampai kering. 3. Meriring Benang tersebut diriring dikelos dengan berpuluh-puluh riringan / kelosan untuk mengetahui jumlah yang diperlukan. Mengani yaitu menyusun jumlah benang sesuai dengan bentuk dan kebutuhan seperti untuk membuat selendang dan kain. 5. Mencolet / melimar / nyecep Yaitu memberi warna lain pada benang yang telah diberi warna dasar untuk membuat bentuk atau warna lain. 6. Setelah dicolet dijemur lagi sampai kering. 7. Memasukan benang ke dalam sisir 8. Menggulung benang di dayan 9. Membuat motif, yaitu memasang gun kembang sesuai dengan rencana tenun yang dikehendaki. 10. Setelah benang diberi ragam hias / motif kemudian dipindahkan ke alat yang disebut pleting untuk kemudian menjadi benang pakan. Begitu juga dengan benang emas dipindahkan dari gulungan besar ke pleting. Pemindahan ini dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut lilingan yaitu meriring / mengelos. Langkah-langkah untuk menenun adalah sebagai berikut 1. Setelah semua peralatan dan ATBM gedokan siap, penenun mulai menenun. Posisi tubuh duduk dengan kedua kaki diselonjorkan ke depan, sambil menekan penahan kaki. 2. Setelah benang digulungkan ke dayan dan sebagai benang lungsi ke apit, selanjutnya dimulai menenun. Menenun tenun ikat songket dimulai dengan matok / patuk. Patuk tidak memiliki ragam hias. Cara patuk adalah dengan memasukkan benang pakan diantara benang lungsi ke arah kanan, kemudian dengan menggunakan suri dan beliro benang pakan dirapatkan. Selanjutnya kembali benang pakan dimasukkan ke arah kiri dan dirapatkan dengan suri dan beliro. Begitu seterusnya sampai leher patuk kira-kira 10-15 cm. 3. Benang pakan disiapkan, digulung di pleting dan diletakan dikiri dan kanan penenun. Gulungan benang pakan tambahan ini digunakan untuk membuat motif pinggiran kanan dan kiri tenun ikat. Sama seperti menggerjakan patuk benang pakan disisipkan diantara benang lungsi kiri dan kanan, kemudian benang pakan polos. Baru kemudian disusun dan dirapatkan dengan beliro, begitu seterusnya. 4. Setelah matok, selanjutnya membuat motif tumpal kurang lebih 30 cm, baru selanjutnya ngembang yaitu membuat motif ragam hias ditengah kain. 5. Untuk membuat motif/ragam hias ini dipergunakan benang emas tambahan dan sisipkan diantara benang lungsi yang sudah memiliki motif. Selanjutnya digunakan sisir dan beliro untuk merapatkan benang pakan. Secara lebih terurai langkah-langkah dari menenun motif yaitu pertama, masukkan lidi kembang di tarik, angkat/tegakan pelipiran, masukkan incing/karap satu, sisir dengan suri masukkan baliro, masukkan benang pakan tambahan, tarik beliro, angkat incing/karap, sambil geser suri, masukkan beliro lagi dan pantak/tekan. Masukkan benang limar, pantak, masukkan benang tambahan emas pantak. Angkat incing/karap masukkan bambu, masukkan beliro, pantak masukkan benang limar pantak, begitu seterusnya. Setelah ditinjau di lapangan bahwa proses pembuatan kain songket membutuhkan waktu 4 minggu ditambah dengan pembuatan selendang songket membutuhkan waktu 4 minggu. Jadi setiap satu set produk songket bisa mencapai 1 hingga 2 bulan. Songket sangat dipengaruhi oleh tingkat kerumitan berbagai jenis ragam hias yang dibutuhkan. Bila produk songket tersebut menerapkan corak ragam hias lebih sederhana maka waktu yang dibutuhkan dalam memproses bahan baku benang hingga menenun, bisa mencapai waktu 2-3 minggu dalam setiap satu set produk songket. Gambar Proses menenun kain songket tawur di wilayah Ki Gede Ing Suro kota Palembang Dokumen, Netty Juliana2004
putih semakin variatif. macammacam motif didominasi warna benangnya terbatas. digunakan berkembang gelap terang memberikan kesan bersih. materialnya terbuat bahanbahan kayu, batu, kain. tetapi karena dodot biasanya berwarna putih hitam. batik banten &.

Warna, bukan hanya warna kerayon saja yang mempunyai warna-warna berpariasi tetapi benang juga mempunyai macam-macam warna benang, dari yang mulai warna solid sampai yang warna di variasi “dibuat menjadi warna berbeda” warna sendiri telah diteliliti dan digunakan dari 2000 tahun sepanjang sejarah, kita dapat membedakan benda-benda atau melihat dunia yang luas dan beragam, dunia akan tampak lebih indah dan menarik karena warna-warna yang berbeda, walaupun pada masa sekarang perkembangan terus menerus mengalamami perubahan, yang menghasilkan warna-warna yang menarik. Begitupun dengan benang, benang sendiri adalah bahan tekstil yang diproses menjadi sebuah benda yang bisa dipergunakan, warna benang sendiri mempunyai macam-macam warna, akan kesulitan apabila kita membeli benang ke toko-toko penyedia benang, tapi kita tidak mengetahui kode-kode yang ada pada benang itu sendiri, karena ketika salah pemilihan benang dalam proses penjahitan, maka akan membuat sebuah jahitan terkesan tidak bagus untuk dilihat, maka dari itu penting dalam proses pemilihan benang ini 487 Hitam 001 Putih 053 Navy Banyaknya warna-warna yang ada pada benang akan sangat membingungkan, apabila ketika tidak mengetahui warna –warana tertentu, kalau warna solid mungkin kita bisa mengetahui dengan secara jelas, seperti hitam, putih, kuning, merah. Warna ini akan sering kita jumpai karena warna-warna solid seperti inilah yang sering di pergunakan, beda dengan halnya, benang yang mempunyai warna-warna yang mungkin jarang kita lihat atau jarang kita pergunakan, seperti m-037 yaitu warna Tosca, dan yang menarik lagi warna benang ini, ada yang mempunyai warna-warna yang sama kodenya 174 dan 182 yaitu warna Ungu, ungu disini adalah warna solid, tetapi apabila kita perhatikan dengan seksama warna benang ini akan berbeda, walaupun warnanya sama tetapi ada yang membedakan yaitu keterangan dalam warna tersebut, 147 itu warna Ungu yang kehitam-hitaman, seperti buah anggur yang sudah matang. Tetapi beda halanya dengan 182 yaitu ungu yang warnanya solid yang semua orang juga pasti tahu, dan kenapa macam-macam warna benang ini berbeda. Karena dalam setiap proses penjahitan, berbeda seperti dalam proses pemotongan bahan, setiap bahan mempunyai warna itu sendiri, yaitu warna yang berbeda, sehingga ketika proses penjahitan tidakk sesuai dengan warna, jahitan yang di timbulkan akan terlihat seperti mengambang yaitu warna benang dengan warna bahan tidak menyatu dan membuat sebuah jahitan terkesan jelek, kode disini juga mempunyai kaitan yang erat dengan bahan yang dipotong, yang nantinya dipergunakan untuk dijahit, seperti bahan jeans, bahan, kanvas, bahan yang halus sampai yang paling halus, mempunyai kode sendiri, sehingga dimunculkanlah kode-kode dalam benang yang nantinya memudahkan proses penjahitan.

Hehe Proses Pertama: Mencelup Benang. Benang akan dicelup untuk dapat warna yang berbeza. Benang yang terlibat ialah benang kapas dan sutera. Benang emas dan perak tidak perlu diwarnakan kerana warna aslinya telah ada. Proses Kedua: Melerai Benang. Proses ini dibuat selepas kita siap mewarnakan benang tadi.
Palembang memiliki cendera mata yang terkenal, yakni kain songket. Kalau ditengok dari beberapa sumber, songket berasal dari kata tusuk dan cukit, lantas diakronimkan menjadi sukit, kemudian menjadi sungki, dan akhirnya keluarlah kata songket. Songket mendapat pengaruh dari sejumlah budaya, antara lain India, Arab, dan China. Budaya ini dulunya dibawa para pedagang yang singgah di daratan Sumatera. Songket sudah dikenal semenjak Kerajaan Sriwijaya. Kain atau busana tradisional ini tidak semata sebagai penutup tubuh semata, tetapi juga pada pemaknaan suatu perhelatan dan simbolisasi harkat pemakainya. Salah seorang pengelola usaha songket yang ditemui Klasika Kompas sebelum pandemi dulu, Husaini, mengatakan, makna songket sangat dalam untuk mencitrakan pemakaiannya. ”Dulu tidak sekadar dipakai. Songket memiliki makna luas pada pemakaiannya yang dilukiskan dalam motif. Misalkan untuk para janda, motif yang dipakai adalah motif kosong. Untuk keturunan raja, motif lebih ramai dan besar-besar,” jelasnya. Benang emas Apa yang membedakan songket dengan kain tenun lainnya? Jika dicermati, songket adalah kain tenun yang menonjolkan benang emas. Fungsinya, menegaskan nilai prestise. Benang emas yang digunakan tak sekadar warnanya yang kuning berkilau, tetapi juga memang ada beberapa jenis benang yang mengandung emas asli. ”Yang membuat songket itu mahal tidak hanya karena waktu pengerjaan yang relatif lama, tetapi juga lebih pada bahan dasarnya. Benang emas sulit didapat di Indonesia. Sebagian besar pengusaha songket di Palembang masih mendatangkan benang emas dari China. Segulung benang emas harganya bisa jutaan rupiah,” ungkap Husaini. Bahkan, lanjutnya, benang emas yang tergolong paling bagus dan berkelas seperti benang mas “jantung”, harganya mencapai Rp 55 juta per gulung. Bahan baku yang mahal inilah yang kemudian membedakan kualitas dan menciptakan kelas songket tersendiri. Namun, benang emas murni kini sulit didapatkan lagi karena jarang diproduksi. Beberapa perajin songket di Palembang mau tak mau harus mendaur ulang songket yang sudah usang demi mendapat benang emas terbaik. Untuk mendapatkan benang emas yang terbaik dan tidak ada lagi di pasaran, pengrajin akan mencopoti atau membongkar songket yang sudah usang. Helai demi helai benang emas lawas itu kemudian digulung kembali untuk nantinya digunakan menenun songket dengan motif yang lebih baru. Jika kita ke Palembang dan menemukan songket seharga Rp 3 juta atau Rp 4 juta per lembar, ini bukanlah yang termahal. Sebab, kalau mau menemukan songket dengan kualitas tinggi, kita bisa meminta yang sudah disimpan lama, misalnya 15–25 tahun. Bila perajinnya menawarkan harga di atas Rp 25 juta, ya, inilah songket sebenarnya. Di sebuah gerai perajin songket di Palembang, Klasika Kompas pernah menemukan kain songket seharga Rp 50 juta. Sekilas tak ada yang istimewa, bahkan songket itu terlihat tua. Namun, karya terbaik tetaplah menjadi yang spesial walau dimakan usia. Baca juga Ikat Celup, Hasilkan Kain Kaya Motif Punya Kain Sutra? Ini Cara Mudah Menjaga Kehalusannya Warisan berharga Proses menenun songket. DOK INSPIRATORIAL KOMPAS Secara tradisi, orang Palembang pada masa lalu biasa mewariskan songket pada keturunannya. Mereka tidak membiarkan songketnya hanya terpakai oleh satu generasi. Yang menarik, songket itu akan disimpan di tempat yang aman. Karena selayaknya barang berharga, selembar songket kualitas terbaik kerap menjadi incaran para pencuri untuk dijual kembali atau hanya diambil benang emasnya. Saking berharganya songket, para perajin biasanya akan menyeleksi penenunnya dan memilih yang berkepribadian jujur. ”Ada beberapa kasus perajin yang kecolongan oleh pekerjanya. Biasanya pekerja yang tak jujur akan mengambil benang emas sedikit demi sedikit. Kemudian dirangkai kembali dalam satu gulungan lalu dijual lagi dengan harga jutaan rupiah,” ujar Husaini. Dari masa lalu hingga perkembangannya saat ini, songket Palembang sudah menjelma menjadi ikon bisnis tersendiri. Di Palembang, banyak perajin yang telah berhasil dalam berbisnis songket. Apalagi dukungan perbankan dalam bisnis ini cukup mampu membantu mengatasi persoalan modal. Para penenun yang selama ini masih bekerja di perajin besar juga berharap agar kelak dapat memiliki usaha songket sendiri. Oleh sebab itu, perlu adanya persatuan atau semacam koperasi yang bisa menaungi seluruh komunitas songket agar bisa berkembang bersama. Beberapa motif Di Palembang, kita bisa menemukan beberapa motif songket. Konon, songket pertama yang dikenal di Palembang adalah lepus. Songket ini kabarnya memiliki motif yang hampir seluruhnya terbuat dari tenunan benang emas. Songket lepus dahulu hanya dikenakan kaum bangsawan. Berikutnya ada songket limar. Seperti namanya, limar yang berarti berwarna-warni, songket ini memadukan benang emas dengan benang tenun biasa yang dicelupkan ke berbagai warna. Ada juga songket tabur. Songket ini dipenuhi motif kecil-kecil berupa bintang, bunga, dan lainnya yang menyebar di seluruh permukaan kain. Meski demikian, benang emasnya tetap terlihat menonjol. Kita juga bisa menemukan songket tretes. Songket ini hanya memiliki motif di ujung kain saja. Sedangkan di bagian lain dibiarkan polos tanpa motif atau diberi motif dominan yang berbeda dengan ujung-ujungnya. Adapun songket rumpak biasanya dipakai oleh kaum laki-laki saat acara pernikahan. Songket ini mirip tretes, tetapi memiliki motif dominan yaitu kotak-kotak.
Beberapajenis benang yang dapat anda gunakan digunakan dalam menyulam diantaranya benang sulam lokal, benang sulam rose, benang sulam blue moon, benang sulam DMC dan benang sulam anchor. Tertarik untuk membuat berbagai kreasi produk sulaman?.
Sejarah - Secara umum, songket adalah kain yang ditenun dengan menggunakan benang emas atau benang perak dan dihasilkan dari daerah-daerah tertentu seperti Palembang, Minangkabau hingga Samarinda Kata songket berasal dari kata sungkit dari kata kerja menjungkit benang. Sedangkan dalam arti khusus,sungkit adalah jarum dari tulang yang digunakan untuk menyulam. Kain sungkit adalah kain yang disulam, sedangkan bersungkit berarti menusukkan, menembus atau memasukkan benang. Para ahli sejarah mengatakan bahwa Kerajaan Sriwijaya sekitar abad 11 setelah runtuhnya Kerajaan Melayu, memegang posisi perdagangan laut dan hegemoni perdagangan luar negeri. Sekitar abad ke delapan, Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan kaya raya, sehingga emas sebagai logam mulia melimpah ruah. Sebagian emas itu kemudian dikirim ke Negara Siam yang diolah dan dijadikan benang emas untuk kemudian dikirim kembali ke Sriwijaya. Dalam hubungannya dengan benang emas, ada pendapat lain yang mengatakan bahwa benang emas merupakan benang yang diimpor atau didatangkan dari Kot Canton Cina bersamaan dengan didatangkannya benang sutera. Emas yang melimpah ruah ketika zaman kerajaan dulu tercermin dari penggunaan emas dalam tenunan kain songket dan arti emas dalam bentuk rumah adat limasan. Masyarakat Palembang sebelum Perang Dunia II membuat kain songket yang asli dengan benang emas murni yaitu emas 14 karat. Itu sebabnya ketika kain sutera yang merupakan bahan dasar kain songket menjadi lapuk, benang-benang emas ditarik dan ditenun kembali pada sutera yang baru. Karena kualitasnya tersebut, tenunan songket asli disebut songket jantung atau songket cabutan. Warna pada kain songket mencerminkan status sosial dari si pemakai. Kain songket warna hijau, merah, kuning dipakai oleh janda, sedangkan warna yang cerah melambangkan bahwa mereka ingin menikah lagi. Warna merah dan emas terang sebagai motif yang menjadi ciri khas songket pada masa perkembangan awal adalah dua warna utama tradisi Cina. Dari tinjauan semiotik, warna ini mengandung dua makna. Merah bermakna berani, sedangkan kuning emas bermakna kekayaan, kejayaan dan kemakmuran. Penyimpanan kain songket sama bernilainya dengan menyimpan uang milik satu keluarga. Kemewahan songket lepus menunjukkan kedudukan yang tinggi dari si pemakai. Bahkan dulu songket lepus merupakan kain yang dipakai oleh putra-putri raja dalam upacara dan Makna Kain Songket Setiap lembar songket memiliki filsafat dan makna yang ingin disampaikan. Secara umum, nilai filosofis ketatanegaraan, politik, dan pertahanan tergambar lewat rangkaian motif yang terdapat di songket. Hingga kini, meski telah ada perubahan, baik akibat modifikasi maupun ketidaktahuan-rangkaian detail itu masih dipakai. Ibaratnya, 'kerangka' detail motif itu telah menjadi pakem pada songket. Secara garis besar, motif dalam songket terdiri atas kembang tengah sebagai motif inti yang dikelilingi ombak, umpak bongkot atau pangkal, tawur, pengapit, umpak ujang,dan tretes. Motif yang mengelilingi kembang tengah ini memiliki filosofi yang menunjukkan bagaimana sifat, kondisi, dan kebijakan negara dalam bidang tata negara, politik, dan pertahanan. 1Bahan dan Alat Pembuatan Kain Songket Alat pembuatan songket terbagi menjadi dua. Yaitu alat tenun utama yang terbuat dari kayu atau bambu dan alat penunjang yang mencakup alat penarik benang, pembuat motif, serta alat untuk memasukkan dan mengambil benang. Bahan untuk membuat songket yaitu benang katun, sutra, atau dari bahan lainnya yang mendukung keindahan kain songket. Dipercaya bahwa di masa lalu, benang dari emas sungguhan digunakan untuk membuat songket. Benang katun dilapisi dengan emas cair sehingga menghasilkan benang emas. Namun karena saat ini emas dan perak merupakan bahan yang mahal harganya, benang emas maupun perak imitasi lebih umum digunakan. Alat yang digunakan para pengrajin untuk membuat kain songket kebanyakan terdiri dari bambu dan kayu bernama panta. Pada umumnya, panta memiliki ukuran 2 x meter dan terdiri dari beberapa bagian yaitu Gulungan Gulungan adalah bagian yang dipakai untuk menggulung benang dasar dari baahan sutera atau katun. Sisia Bagian ini digunakan untuk merentangkan benang serta memperolehnya. Pancukia Bagian ini berfungsi untuk membuat motif pada kain songket. Turak Benang tambahan yang dimasukkan ke pola benang besar. Pamedangan Pamedangan adalah tempat khusus untuk menenun songket. Pada alat ini, mesin pembuat songket panta diletakkan, lalu pada bagian depannya diletakkan dua buah tiang yang berguna untuk menyangga kayu yang digunakan untuk menggulung tenunan. Kayu Paso Kayu panjang ini digunakan untuk menggulung kain songket yang sudah jadi. Palapah Bagian ini berfungsi untuk merentangkan benang latar. Ani Bagian ini merupakan alat pelengkap, fungsinya untuk menggulung Pembuatan Songket Teknik membuat kain songket secara umum bisa dijelaskan sebagai menjalin benang–benang dalam susunan yang membentuk pola indah. Ada empat jenis teknik benang pakan yang diterapkan dalam pembuatan kain songket. Setiap pengrajin biasanya menggunakan teknik andalan mereka masing-masing untuk menghasilkan kain dengan motif yang dikehendaki. Penganyaman songket dilakukan dalam dua tahap, yaitu menganyam kain dasar dengan pola yang tidak begitu rumit, lalu memasukkan unsur yang lebih dekoratif ke kain dasar tersebut. Benang emas atau perak yang mengkilap dimasukkan dan dirangkai ke kain dasar menurut pola atau bentuk tertentu, sehingga menghasilkan efek mengkilap. Membuat kain songket secara tradisional merupakan pekerjaan paruh waktu kaum wanita yang dikerjakan di sela-sela kesibukan sehari-hari. Proses pembuatan kain songket yang lumayan rumit dipercaya bisa meningkatkan kualitas dalam diri seorang wanita, karena tentu saja kesabaran dan ketelitian akan Songket Songket Lepus Kata lepus memiliki makna menutupi. Nama ini mencerminkan ciri khas dari jenis kain songket ini, yaitu warna emas yang menutupi hampir seluruh permukaan kain. Namun warna emas tersebut tak asal dibuat menutupi. Ada beberapa jenis songket lepus, antara lain lepus lintang motif bintang, songket lepus berantai dan songket lepus ulir. Songket Tawur Kata tawur artinya menyebar atau bertaburan. Hal ini juga terlihat dari motif kainnya, yaitu adanya motif yang tidak menutupi keseluruhan permukaan kain, menyebar dalam kelompok-kelompok kecil. Benang pakan yang membentuk motif kain songket tawur ini juga tidak disusun dengan cara disisipkan dari pinggir ke pinggir kain. Beberapa jenis songket tawur adalah taur lintang, tawur tampak manggis dan tawur nampan perak. Songket Tretes Jenis kain songket ini memiliki ciri khas tidak ditutupi motif pada bagian tengah. Bisa saja pada sebuah kain songket tretes, motif kain hanya ada di kedua ujung pangkal atau di bagian pinggiran. Pada jenis kain ini, bagian tengah dibiarkan polos tanpa motif apa pun. Songket Bungo Pacik Songket bungo pacik memiliki ciri khas sebagian besar motif terbentuk dari benang katun putih sehingga warna – warna mencolok seperti emas dan perak tidak begitu kentara. Warna hiasan ini hanya digunakan sebagai motif selingan. Songket Limar Perbedaan songket limar dengan songket lainnya adalah teknik pembuatannya. Dalam pembuatan songket pakan, digunakan corak ikat pakan. Motif khas dari kain songket jenis ini dihasilkan dari jalinan benang lungsi yang terlebih dahulu dicelupkan dalam pewarna pada bagian yang dikehendaki sebelum mulai menenun. Kain songket jenis limar ini biasanya dipakai sebagai kain sarung pria maupun perempuan. Jika sudah menjadi pakaian, kain songket ini disebut sewet. Pada umumnya, motif kain songket limar dikombinasikan dengan motif songket lain yang serasi untuk membuat pakaian. Songket Kombinasi Sesuai namanya, songket kombinasi adalah gabungan dari beberapa jenis motif kain songket. Sebagai contoh, ada songket bungo Cino yang mengandung unsur songket bungo pacik dan songket tawur. Ada juga songket bungo intan, yaitu perpaduan dari songket bungo pacik dan tretes. Selain jenis-jenis songket yang disebutkan di atas, masih banyak jenis songket lain. Umumnya songket dinamakan berdasarkan motif yang dominan, seperti songket bungo manggis, songket sorong, dan lainnya.2Perkembangan Songket Songket sebagai salah satu bentuk seni rupa tradisional yang unik, sampai sekarang masih ditenun secara tradisional. Dahulu songket hanya boleh ditenun oleh perempuan, namun kini kaum lelaki pun turut menenun songket. Secara umum proses teknis pembuatan songket adalah merancang motif, menyiapkan benang, proses pewarnaan, menenun dan finishing. Sejak dulu hingga kini, songket adalah pilihan populer untuk busana adat perkawinan Melayu, Palembang, Minangkabau, Aceh dan Bali. Kini dengan digunakannya benang emas sintetis, songket tidak lagi luar biasa mahal seperti saat menggunakan emas asli. Harga songket di masa sekarang pun lebih bervariasi. Namun songket kualitas terbaik tetap dihargai sebagai bentuk kesenian yang anggun, bernilai budaya tinggi, dan dihargai cukup mahal. Kain songket terdiri dari tiga jenis, yaitu benang satu, dua, dan empat. Benang satu jauh lebih mahal dibanding benang dua dan empat. Membuat songket jenis ini perlu ketelitian yang tinggi karena benang harus ditenun helai dan helai, sehingga waktu menenunnya lebih lama. Di tengah kemajuan industri tekstil sekarang ini, dengan mesin-mesin tenun modern nan canggih, kerajinan songket maih terus hidup. Pengrajin songket kini berusaha menciptakan motif-motif baru yang lebih modern dengan pilihan warna yang lebih banyak. Hal ini sebagai upaya agar songket senantiasa mengikuti zaman dan digemari oleh masyarakat luas. Sebagai warisan yang sarat makna dan nilai kearifan serta memiliki nilai ekonomi, sudah selayaknya songket terus dikembangkan dan dilestarikan. 3 Jangan lupa subscribe channel YouTube Nining Aninsi
3 Teknik Pembuatan Tenun Songket Palembang. Pembuatan tenun songket Palembang pada dasarnya dilakukan dalam dua tahap, yaitu: tahap menenun kain dasar dengan konstruksi tenunan rata atau polos dan tahap menenun bagian ragam hias yang merupakan bagian tambahan dari benang pakan. Terlebihuntuk kategori sarung tenun yang memiliki kemewahan dan keunikannya tersendiri, yang biasanya dinilai dari beberapa komponen seperti mutu bahan, pola, kaya motif, tata warna, serta komponen lainnya. Jenis bahan yang dipakai untuk sarung pun beragam. Dari katun hingga tenun, seperti yang digunakan oleh produsen Sarung BHS. Olehsebab itu, terdapat dua macam kain songket yaitu: (1) kain songket dengan ragam hias yang dibentuk oleh benang mas; dan (2) kain songket dengan ragam hias yang dibentuk bukan dari benang yang berwarna emas. Kain songket yang motifnya dibuat dengan benang mas pemasarannya relatif terbatas karena harganya mahal dan pemakaiannya hanya pada kuUI1Y.
  • 16sxrinh7j.pages.dev/83
  • 16sxrinh7j.pages.dev/327
  • 16sxrinh7j.pages.dev/55
  • 16sxrinh7j.pages.dev/191
  • 16sxrinh7j.pages.dev/215
  • 16sxrinh7j.pages.dev/125
  • 16sxrinh7j.pages.dev/311
  • 16sxrinh7j.pages.dev/190
  • 16sxrinh7j.pages.dev/204
  • warna benang yang digunakan dalam teknik songket biasanya